Inilah Orang Yang Menyebabkan Gunung Jadi Ladang Sampah Dan Vandalisme

by - Juli 28, 2017

instagram.com/thelazytraveller

Gunung menjadi salah satu daya tarik bagi semua kalangan untuk mendakinya. Karna puncaknya lah orang berlomba-lomba untuk mengejarnya dan melihat dengan mata kepala sendiri akan keindahan ciptaan Tuhan. Sunset ataupun sunrise dari ketinggian, kita yang berada diatas awan, seolah-olah menjadi tujuan utama para pendaki untuk mendaki sebuah gunung. Maka tak heran gunung menjadi incaran utama bagi para petualang.

Tak hanya soal bonusnya saja yang akan kita dapatkan, dengan mendaki pun kita bisa melihat sifat atau karakter teman kita saat mendaki. Saat mendakipun karakter diri pun semakin terlihat. Kesabaran, kemandirian, kegigihan dan cekatan akan kita lakukan selama naik dan turun gunung.

Semakin banyaknya animo masyarakat untuk mendaki gunung, maka bumerang bagi gunung itu sendiri. Hewan penghuni gunung jadi terganggu habitatnya, sampah berserakan dimana-mana, vandalisme ada ditiap-tiap sudut bahkan aksi mesum pun menjadi lumrah dilakukan. Hal inilah yang menjadikan gunung tak lagi seindah pemandangannya diatas puncak.
instagram.com/trashbagcomm
Permasalahan utama digunung adalah sampah dan vandalisme. Sudahkah anda yang ngaku nya seorang pendaki atau yang pernah mendaki membawa sampahmu kembali turun? Atau bisakah anda menahan hasrat untuk tidak melakukan aksi vandalisme di gunung? Siapakah yang harus disalahkan jika gunung jadi ladang sampah dan vandalisme?

Inilah orang" yang harus disalahkan jika gunung tak lagi asri dan sedap dipandang mata

1. Posko gunung
Posko menjadi akar utama kebersihan dan kelangsungan suatu gunung. Karna dari sinilah para pendaki mulai melakukan pendakian. Namun banyak diantara posko-posko pendakian acuh tak acuh terhadap gunung yang mereka 'jaga'. Mereka hanya tahu tentang uang registrasi yang dibayar oleh pendaki tanpa menyampaikan larangan-larangan yang harus dipatuhi oleh seorang pendaki. Maka tak heran, jika pihak posko bosan menyampaikan terus menerus dari pendaki yang berbeda-beda, plang pun menjadi alternatif utama dalam menyampaikan larangan-larangan saat mendaki.

Pihak posko dinilai terkesan mengabaikan keindahan gunung. Posko yang cuek akan menghasilkan gunung yang kotor dan kumuh. Akan tetapi, posko yang tegas akan menghasilkan gunung yang bersih tanpa ada rasa khawatir jika para pendaki takut tak mendaki lagi di gunung tersebut.

Jika seandainya pihak posko mau menyediakan/menjual trash bag, kantong plastik dan membongkar paksa barang isi carrier para pendaki dan mendata logistik apa saja yang mereka bawa, maka besar kemungkinan gunung akan bebas dari sampah dan vandalisme. Namun sayang, tak banyak pihak posko melakukan aksi tegas terhadap para pendaki yang akan memulai pendakian.

instagram.com/indonesia.mountain
2. Pendaki senior
Pendaki senior adalah contoh bagi para pendaki junior. Tapi kebanyakan para pendaki senior banyak tak mengajarkan etika di gunung. Mereka hanya peduli pada saat mendaki, tapi mereka tak peduli pada saat turun gunung. Mereka tak mengajarkan cara buang sampah atau membasmi sampah dengan cara membakarnya atau menguburnya. Mereka hanya mengajarkan cara membuang sampah dan menyuruh pendaki junior untuk membuang sampah di satu titik tempat sampah di gunung.

Jadi, jika anda mendaki dengan para senior, jangan terlalu sering memuji mereka. Apalagi sharing tentang gunung mana yang mereka daki. Tapi tanyalah seberapa peduli kah mereka terhadap gunung yang mereka daki tanpa harus meninggalkan jejak sampah walaupun sedikit. Karna sejatinya pendaki senior harus bisa memposisikan dirinya sebagai guru dalam memberikan apapun contoh yang baik, bukan hanya memposisikan dirinya sebagai pemimpin dalam memimpin suatu kelompok pada saat naik dan turun gunung.


3. Diri sendiri
Pribadi yang baik terletak dari sikap pribadi itu sendiri. Tanamkan didalam diri kita sendiri, tujuan kita mendaki untuk apa? Kalau hanya sekedar pamer dan mencari pengalaman, rata-rata para pendaki tak peduli dengan gunung itu sendiri. Karna mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri didalam foto yang mereka abadikan dan kelak akan mereka perlihatkan ke orang-orang. Ataupun mereka mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dan kelak mereka ceritakan ke orang-orang termasuk ke anak cucunya.

Tapi jika mereka mendaki ingin melihat dan merasakan nikmat Tuhan-nya, niscaya mereka benar-benar menjaga ciptaan Tuhan-nya tanpa ada sedikitpun niat untuk mengotorinya. Jika kita bisa menjaga sikap, etika dan prilaku selama pergi dan atau pulang gunung, maka gunung dan seisinya juga menjaga kita selama pergi dan atau pulang saat mendaki.

Jangan perdulikan pihak posko yang cuek dan pendaki senior yang tak memberi contoh, jika kita bisa menjaga etika walaupun kita perdana dalam mendaki sebuah gunung, dalam rumus mendaki kita sudah termasuk lebih baik dari mereka. Kebaikan kita tak perlu dilihat ataupun dipuji orang. Karna kebaikan akan terlihat sendiri dengan cara lain yang ditunjukkan oleh Tuhan.

Kita tak perlu minder dengan para pendaki dengan peralatan super lengkap dan pakaian gunung dengan brand ternama, selama mereka tak bisa menjaga gunung dari sampah dan vandalisme, mereka hanya topeng dimata manusia. Mereka tak lebih baik dari pendaki junior dengan peralatan seadanya dan pakaian gunung yang tak memenuhi safety tapi mampu menahan diri untuk tidak merusak gunung dari sampah dan vandalisme.

Masih ingat dengan pesan anak-anak Mapala?
"Gunung (alam) adalah rumah kedua kami."
Yang jadi pertanyaan adalah, apakah kita diperbolehkan membuang sampah dan mencoret-coret rumah kita sendiri?

Yuk jaga gunung kita untuk anak cucu kita kelak.


Info Jalanjalan Lainnya

0 komentar